BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Latar belakang kehidupan berkenaan dengan hakikat dan nasib manusia, manusia memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia. Lingkungan utama yang mempengaruhi perkembangan moral individu adalah keluarga, sekolah dan hubungan-hubungan sosial sehingga tugas orang dewasa dalam membantu perkembangan moral adalah memberikan pengertian atas peraturan-peraturan yang ada pada anak, yang akan membantu anak untuk mengembangkan prinsip-prinsip moral dan mengembangkan pemahaman akan agama atau kepercayaan kepada anak.
Dari sudut pandang sosial, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, untuk mencapai komitmen yang ia pegang bersama orang lain, dari sudut pandang individu yang beragama, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moralitas
Istilah moral berasal dari bahasa latin “ mos “ (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Secara umum moralitas dapat diartikan sebagai kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah, bertindak atas perbedaan tersebut dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan mereka yang bersalah akan merasa malu ketika melanggar.
Islam mengajarkan pentingnya rasa malu untuk melakukan perbuatan yang tidak baik sebagai sesuatu yang penting. Islam mengajarkan bahwa Allah SWT mengilhamkan kedalam jiwa manusia dua jalan yaitu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan. Manusia memiliki akal untuk memilih jalan mana yang ia akan tempuh. Dalam Al-Qur’an di nyatakan : “…dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Al-Syams :7-10)
B. Prilaku-Prilaku Dasar Moral
Selain bimbingan di sekolah, bimbingan di rumah sangat penting, karena anak lebih menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Untuk itu keluarga di tuntut untuk dapat menerapkan pendidikan keimanan sebagai pegangan anak di masa depan. Pada umumnya orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk dapat tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat dalam berhubungan dengan orang lain.
Menurut Sochib, ada delapan yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam membimbing anaknya.
1. Perilaku yang dapat dicontoh
Artinya, setiap perilaku tidak sekedar berupa ucapan, tetapi harus di dasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan di jadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya.
2. Kesadaran diri
Kesadaran diri harus ditularkan pada anak-anaknya dengan mendorong mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal tentang perilaku yang taat moral.
3. Komunikasi
Komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan nilai-nilai moral.
4. Menyuburkan ketaatan anak-anak terhadap nilai-nilai moral.
Data diaktualisasikan dalam menata lingkungan fisik yang disebut momen fisik, hal ini dapat mendukung terciptanya iklim yang mengundang anak berdialog terhadap nilai-nilai moral yang dikemasnya.
5. Penataan lingkungan fisik.
Penataan lingkungan fisik yang melibatkan anak-anak dan berangkat dari dunianya akan menjadikan anak semakin kokoh dalam kepemilikan terhadap nilai-nilai moral dan semakin terundang untuk meningkatkannya.
6. Penataan lingkungan sosial
Dapat menghadirkan situasi kebersamaan antara anak-anak dengan orang tua. Situasi kebersamaan merupakan sarat utama bagi terciptanya penghayatan dan pertemuan makna antara orang tua dan anak-anak.
7. Penataan lingkungan pendidikan
Penataan lingkungan pendidikan akan semakin bermakna bagi anak jika mampu menghadirkan iklim yang menggelitik dan mendorong kejiwaannya untuk mempelajari nilai-nilai moral.
8. Penataan suasana psikologis.
Semakin kokoh jika nilai-nilai moral secara transparan dijabarkan dan di terjemahkan menjadi tatanan sosial dan budaya dalam kehidupan keluarga.
Dari kedelapan pola pembinaan terhadap anak sangat diperlukan sebagai panduan dalam membuat perubahan dan pertumbuhan anak, memelihara harga diri anak, dan dalam menjaga hubungan erat antar orang tua dengan anak. Anak dan remaja pada tahap awal perkembangan moral membuat keputusan atas perilakunya, terutama karena antisipasi, konsekuensi perilaku mereka. Ada beberapa perbedaan dalam tingkah laku moral, yaitu :
a. Perkembangan Perilaku Prososial
Islam juga memerintahkan umatnya untuk saling tolong menolong satu sama lainnya dalam kebajikan dan taqwa, yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah”Dan bertolong menolonglah kamu atas kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya”.
Dalam islam, perilaku prososial dilakukan bukan untuk mendapatkan penghargaan manusia atau untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Saling membagi, saling membantu dan bentuk perilaku prososial lain menjadi lebih umum pada usia prasekolah dan seterusnya, selain itu kemampuan penalaran moralprososial dan kemampuan memberikan reaksi empatik juga merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap alturuisme.
b. Kontrol Perilaku Agresivitas
Suatu perilaku merupakan agresivitas jika terdapat niat untuk menyakiti orang lain, misalnya tendangan keras yang melesat dan lain-lain. Islam menyuruh umatnya untuk berlaku lemah lembut dan tidak menyakiti orang lain, bahkan termasuk dalam kata-kata, seperti yang tercantum dalam ayat berikut ini :
“ Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima), Allah maha kaya lagi maha penyayang.” (QS Al-Baqarah ;263)
Orang yang mampu mengontrol diri tidak menyakiti orang lain,meskipun dalam keadaan marah merupakan orang yang perkasa dalam pandangan islam. Dengan demikian, islam melarang manusia untuk melakukan tindakan agresivitas yang tidak memiliki alasan yang dapat dibenarkan. Umat islam diwajibkan untuk membela kebenaran dan mencegah kemungkaran.
c. Menerapkan Prinsip Keadilan Sosial
Anak dapat mempelajari banyak hal mengenai moralitas dalam interaksinya dengan sebayanya. Konflik antar saudara dan teman bermain sering kali timbul sebagai hasil dari ancaman fisik, ketidak pedulian dengan perasaan orang lain, untuk menyelesaikan konflik-konfliknya secara baik, mempertimbangkan perasaan dan kepemilikan anak lain dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan anak lain selain kebutuhannya sendiri adalah merupakan cara yang tepat, sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an yang artinya :
“ wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau Ibu Bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu kengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS An-Nisa ; 135)
C. Perkembangan Penalaran Moral
Proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama hidupnya.
Kohlberg merumuskan tiga tingkatan perkembangan moral, yaitu :
1. Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvenional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Tingkatan ini umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukan penalaran dalam tahap ini.
2. Penalaran Konvensional
Penalaran konvenional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Seseorang mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orang tua adan masyarakat. Tingkatan ini umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang ditahap ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral.
3. Penalaran Pascakonvensional
Penalaran ini merupakan tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg, pada tingkat ini moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Perspektif seseorang harus di lihat sebelum perspektif masyarakat.
D. Tindakan Moral Menahan Godaan
Tindakan moral menahan godaan semakin hari kian menjadi gejala umum yang tidak hanya terjadi di kota-kota besar, namun juga sudah merambah ke kota-kota kecil bahkan ke pedesaan. Ini terjadi karena banyak sebab, namun media dipercaya memiliki peran penting, disamping minimnya peran keluarga, sekolah dan lingkungan dalam memberikan pengetahuan yang baik kepada para pelaku. Sekolah diharapkan mengambil peran untuk meluruskan penyimpangan-penyimpangan tersebut, atau paling tidak meminimalisasi dampak buruk yang bisa ditimbulkan.
Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia, namun karena penyimpangan ini dikatagorikan sebagai penyimpangan ringan dari tatanan sosial yang umum diterima bersama, secara umum perilaku antisosial identik dengan anak-anak muda usia sekolah. Sekolah di harapkan menjadi tempat pembelajaran, menjiwai, dan mempraktekkan segala hal baik yang menguntungkan dan menghindari tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat.
Menurut kohlberg tindakan moral menahan godaan hanya menyusun pemikiran moral, bukan tindakan moral. Padahal dari sudut kemasyarakatan salah satu ukuran moralitas adalah sejauh mana individu mampu untuk menahan godaan untuk melanggar norma moral, walaupun tidak ada kemungkinan untuk diketahui atau dihukum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Interaksi sosial awal terjadi di dalam kelompok keluarga. Anak memperoleh motivasi yang diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang diterapkan anggota keluarga. Lingkungan yang utama yang mempengaruhi perkembangan moral individu adalah keluarga, sekolah dan hubungan-hubungan sosial, sehingga peran orang dewasa adalah membantu atas peraturan yang ada pada kebudayaan anak. Ketika pendidikan membatu anak untuk mengembangkan prinsip-prinsip moral, penting juga untuk memberikan pemahaman akan agama atau kepercayaan terhadap anak.